life is ur mine

Apapun yang terjadi hidup adalah milikmu dan hak mu adalah untuk memperjuangkannya!

http://www.kompasiana.com/www.spirituniversity.blogspot.com

Motivasi

Memahami Manusia
Siapa yang mengenal dirinya maka ia akan mengenal Tuhannya. Dan demikianlah adanya realita dalam hidup ini. Dan salah satu persoalan hidup yang sering kali membelit manusia adalah karena ia tidak mengenal dirinya. Dan akan menjadi lebih pelik lagi ketika persoalan itu telah menjelma menjadi permasalahan human relation, persoalan yang menyangkut hubungan antar sesama manusia. Karena percaya atau tidak, ternyata jika tidak mengenal diri sendiri maka akan lebih sulit lagi dalam mengenal orang lain. Seakan hal ini merupakan sebuah jenjang dari tahap pengenalan akan semesta secara keseluruhan.
Persoalan ini seakan menjadi alasan klasik bagi manusia untuk hidup tidak berbahagia. Dari waktu kewaktu tak sedikit manusia yang jatuh dalam kubangan interaksi sosial yang bermasalah. Maka kita pun tak asing lagi jika ada orang yang berkata “Hidup saya tak akan pernah tenang jika saya masih bertetangga dengan si brengsek itu”. Dan masih banyak lagi ungkapan lainnya yang serupa.
Tidak mudah memang untuk bisa memahami orang lain. Tapi akan lebih sulit lagi jika kita hidup menderita bila lantaran banyak bermasalah dengan orang lain.
Agar dapat memahami orang lain dengan benar. Maka hal pertama yang harus dilakukan adalah memahami diri sendiri. Melalui proses pengenalan diri. Disini kita dituntut akrab dengan diri sendiri. Dan mungkin, dari sekian banyak manusia di muka bumi ini, hanya sebagian kecil saja yang mengenal dirinya dengan baik. Salah satu indikator yang bisa kita lihat yaitu jika ada pertanyaan yang diajukan pada diri sendiri tentang siapa saya yang sebenarnya? Dan apa karakter khas dalam diri saya? Maka boleh jadi banyak diantara kita yang tidak dapat menjawabnya.
Pertanyaan lain yang harus sering kita lontarkan pada diri sendiri misalnya : Apa yang saya inginkan dari orang lain? Bagaimana saya ingin diperlakukan orang lain? Apa yang saya benci dari orang lain? Apa yang saya tidak ingin jika orang lain berbuat hal itu pada diri saya?.
Setelah kita mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu. Maka mulai tergambarlah dalam benak kita bahwa dalam diri manusia ada sifat-sifat terpuji dan ada pula sifat tercela. Sifat terpuji adalah sifat yang kita inginkan ada pada diri kita dan yang seharusnya orang lain miliki juga. Sifat itu yang kemudian melahirkan perbuatan baik kita kepada orang lain. Dan orang lain pun mendapat dorongan berbuat baik kepada kita karena sifat itu. Dan kita menyukai sifat itu. Dan kita pun yakin bahwa sifat itu disukai oleh orang lain, bahkan oleh setiap orang.
Untuk lebih mudah dipahami,mari kita klasifikasikan sifat itu :
Sifat Terpuji >>> <<<< Sifat Tercela
Berlidah tajam - Santun,
Pengertian - Egois,
Ingin menang sendiri - Empati
Pendengki - Lapang dada
Bengis, kasar, pemarah - Sopan, sabar, pemaaf
Sombong, takabur -  Rendah hati, Tawadhu
Kikir, pelit, medit -  Dermawan, ringan tangan
Pencemberut -  Murah senyum
Pendusta, tidak dapat dipercaya  -  Jujur, amanah

Dan masih banyak lagi contoh lain dari sifat tercela dan sifat terpuji. Dan yang pasti, semua manusia menyukai sifat terpuji. Dan membenci sifat tercela. Siapapun ia. Bagaimanapun karakternya.
Darisini mulai ada gambaran. Mengapa kita sering mempunyai masalah dalam hubungan interpersonal kita, hubungan antar sesam manusia. Boleh jadi hal itu disebabkan oleh banyaknya sifat tercela dalam wadah kepribadian kita. Yang jika saja Allah menciptakan duplikat kita, kemudian mengenalkan duplikat kita itu pada diri kita. Kita pun pasti akan membenci duplikat diri kita itu. Hanya saja sebagian besar kita tidak menyadarinya.
Saya pun tertarik untuk mengutip sebuah ungkapan indah dari ustadz Anis Matta :
“Siapa yang paling senang mengkritik orang lain pastilah ia adalah orang yang paling tidak senang dikritik”.
Karena pada dasarnya sifat dasar manusia memang sama. Fitrahnya memang demikian, walaupun karakter manusia berbeda-beda. Karena karakter bukanlah fitrah itu sendiri. Karakter terbentuk dari akumulasi berbagai hal pembentuk kepribadian.
Siapa manusia yang tidak ingin diperhatikan? Dicintai? Dan diakui keberadaannya?. Maka jawabannya adalah tidak ada seorang pun. Jadi jika suatu saat anda bertemu dengan orang yang bengis, kasar, dan tidak mau peduli dengan orang lain. Maka ketahuilah sesungguhnya orang itu adalah orang yang ingin dicintai dan diperhatikan. Boleh jadi ia bersikap seperti itu karena pengalaman-pengalaman pahit dalam hidupnya.
Akan tetapi bukan berarti pula, jika kita telah memasukkan segala sifat terpuji dalam bingkai kepribadian kita, kita pasti akan diperlakukan baik oleh orang lain. Bukan seperti itu yang saya maksud. Karena akan selalu ada orang picik di muka bumi ini. Sebagaimana juga akan selalu ada orang baik. Karena memang, ada siang ada malam. Jika belum terjadi hari kiamat.
Jika demikian adanya. Jika kita masih saja harus berhadapan dengan orang-orang picik itu. Orang yang tidak suka jika ada orang lain berbuat kebaikan ataupun mendapat kebaikan. Maka nasehat berharga Imam Hasan Al Banna dapat kita terapkan. Sang Imam berkata “Tingkatan paling tinggi dalam ukhuwah islamiyah adalah itsar. Sedangkan yang paling rendah adalah lapang dada”. Maka berlapang dadalah! Agar hati kita tidak hanyut dalam syahwat balas dendam. Agar hati kita tidak tersuasanai oleh hal yang tidak menyenangkan itu.
Ada lagi perkara lain yang seringkali membuat hubungan dengan sesama manusia mengalami kebuntuan. Yaitu ketika kita begitu “Ngotot” ingin mengubah orang lain seperti yang kita ingin. Kita begitu dominan terhadap orang lain. Sehingga siapapun yang berinteraksi dengan kita merasa tidak nyaman dan tertekan. Kita pun sering kali menjadi “Hakim” yang memvonis individu-individu. Dan menjadikan diri sendiri sebagai tolok ukur kebenaran dan kebaikan. Siapapun yang bertentangan dengan kita, kita anggap sebagai orang yang terjerumus dalam kekeliruan.
Sikap seperti ini akan selalu mendorong munculnya “Komunikasi kursif” dalam interaksi sosial kita. Kita ingin setiap orang mengikuti pendapat kita. Dan kita sangat sensitive atas kesalahan yang diperbuat individu, meskipun sangat manusiawi. Maka kita pun menjadi sangat familier dengan ungkapan-ungkapan seperti ini :
“Apa saya bilang, jika saja kamu tidak berbuat demikian pasti hal itu tak akan terjadi”
“Sebelum hal ini terjadi, anda sudah saya peringatkan. Saya jadi malas memberi masukan pada anda lagi!”
“Jika sudah begini siapa yang salah?”
Dan masih banyak lagi ungkapan lainnya. Yang perlu kita pahami dari sekarang. Komunikasi kursif sama sekali bukan cara untuk mengubah orang ke arah yang lebih baik. Melainkan hanya cara untuk memperkeruh hubungan. Dalam islam, menasehati orang lain adalah suatu yang hak. Bahkan suatu bentuk ibadah yang utama. Namun dengan tolok ukur : bahwa orang tersebut sudah pasti kesalahannya dalam melanggar syariat. Dan yang kedua, dengan cara hikmah, seperti yang diajarkan Rasulullah.
Komunikasi kursif justru biasanya diperbuat oleh orang-orang yang sentimentil. Yaitu manakala tolok ukur kebenaran hanya di dasarkan pada like and dislike, suka atau tidak suka. Tanpa mengacu pada nilai kebenaran yang hakiki, yaitu Alqur’an dan Sunnah. Dan si pelakunya justru seringkali jauh lebih bobrok dibanding orang yang dikritiknya.
Maka sudah saatnya kita belajar untuk memahami orang lain. Agar orang lain pun akan mudah memahami diri kita. Agar kita berbahagia menjalani kehidupan ini. Karena mempunyai seorang musuh sudah cukup untuk membuat hidup kita menderita. Karena waktu dan pikiran kita banyak terbuang sia-sia akibat rasa benci kita padanya. Dan hanyut pula kebahagiaan kita bersamanya. Seperti pepatah lama mengatakan “Seorang musuh terlalu banyak, seribu sahabat terlalu sedikit”.
Dan karena memang hanya yang menanam padi yang akan memanen gabah. Hanya yang menanam kebaikan yang akan memanen kebaikan. Sedangkan blukar bisa dipanen siapa saja yang menghendakinya.



(English Version)
Human Understanding 
Anyone who knew him then he will know God. And so the reality in life. And one of the problems of life, often convolute man is because he does not know himself. And will become more complicated again when the problem has been transformed into problems of human relations, issues concerning the relationships among humans. Because believe it or not, it turns out if you do not know yourself it will be even harder in the know others. As if this is a level of recognition will stage the universe as a whole. 
This issue seemed to be a classic reason for humans to live unhappy. From time to time not a few men who fell in the puddle of social interaction problems. So we were not strangers anymore if there are people who say "My life will never be calm if I was next door to the bastard." And many more other similar expressions.
It is not easy indeed to be able to understand others. But it will be even harder if we suffer when life because a lot of trouble with other people. 
In order to understand other people properly. So the first thing to do is to understand ourselves. Through a process of self-knowledge.Here we are charged familiar with yourself. And perhaps, of the many people on this earth, only a small proportion who knew him well. One indicator we can see that if there are questions posed to myself about who I really am? And what is the distinctive character within me? So maybe many of us who could not answer. 
Another question that must often we are bringing to yourself for example: What I want from others? How do I want to be treated other people? What I hate from other people? What if I do not want other people to do it myself?. 
Once we get answers to those questions. So began abstraction in our minds that in humans there are praiseworthy qualities, and there is also a despicable character. Merit is the nature of what we want is located on ourselves and other people should have as well.The nature of that which gave birth to our good deeds to others.And other people also get the urge to do good to us because of the nature of it. And we liked that character. And we also believe that nature is disliked by others, even by everyone.
To more easily understood, let us classify the nature of it:
Praised properties>>> <<< Sharp-tongued - Courtesy,
Definition - Selfish,
Want to win yourself - Empathy
Spiteful - chest Field
Cruel, rude, ill-tempered - Polite, patient, forgiving
Arrogant - Humble, tawadhu
Miserly, stingy,  - Generous, light hand
Bad facer - Cheap smile
Liar, can not be trusted - Honest, trustworthy

And many more other examples of the disgraceful nature and exemplary character. And certainly, all human love exemplary character. And the despicable nature of hate. Whoever he is. However his character.
This is start any description. Why do we often have problems in our interpersonal relationships, the relationship between human relationship. Perhaps it is caused by the reprehensible nature of many of our personalities in the container. What if God created duplicate us, then we are introducing duplicate it in ourselves. We were definitely going to hate ourselves duplicate it. It's just that most of us do not realize it.
I am also interested to quote a beautiful expression of religious teacher Anis Matta: 
"Who is most happy to criticize someone else surely he is the most unhappy people who criticized".
Because, basically, human nature is the same. Nature is so, even though the human characters is different. Because the character is not nature itself. Character is formed from the accumulation of various things forming personality.
Who is man who does not want attention? Loved? And recognized its existence?. So the answer is none. So if one day you meet with people who are cruel, rude, and do not want to care about other people. So know the real person is a person who wants to be loved and cared for. Perhaps he acted like that because of bitter experiences in her life.
But that does not mean all, if we have entered all exemplary character in the frame of our personality, we would be treated well by others. Not like that's what I mean. Because there will always be narrow-minded people on this earth. As well there will always be good people. Because really, there is no night lunch. If it has not happened the day of Judgement.
If they are. If we still have to deal with people's petty. People who do not like if there are other people doing good or getting good.And the invaluable advice of Imam Hasan al-Banna can we apply.The Imam said "the highest level in moeslem brotherhood is itsar.While the lowest is roomy chest. " So roomy chest! To be careful we do not get lost in lust revenge. To be careful we do not follow by things that are not pleasant. 
There is again another case that often makes the relationship with fellow human beings experiencing a deadlock. That is when we are so "insistent" want to change others as we wish. We are so dominant against other people. So anyone who interacts with us feel uncomfortable and depressed. We too often become "judge" who sentenced individuals. And make themselves as the benchmark of truth and goodness. Anyone who is against us, we think of as people who fall into error.
Attitudes like this will always encourage the emergence of "Communication cursive" in our social interactions. We want everybody to follow our opinion. And we are very sensitive for the mistakes done individually, though very human. So we become very familiar with phrases like this:
"What I say, if only you did not do so surely it will not happen"
"Before this happens, you have my warning. I am so lazy to give input on your back! "
"If you are like who is wrong?"
And many more other expressions. What we need to understand from now. Communication cursive was not a way to convert people to a better direction. But only a way to disturb the relationship. In Islam, advising others is the right one. Even a primary form of worship. But to benchmarks: that the person is definitely wrong in violation of the Shari'a. And second, by wisdom, as taught by Prophet.
Communication cursive instead usually done by people who are sentimental. That is the truth only when the benchmark is based on like and Dislike, like it or not. Without referring to the intrinsic value of truth, namely the Qur'an and Sunnah. And the culprit in fact often much more dilapidated than one critic.
So it's time we learn to understand others. For others would be easy to understand ourselves. For us to be happy through life. Because having an enemy is enough to make our lives miserable.Because of time and thought we wasted a lot of sense because we hate him. And drifting is also our happiness with him. As the old adage says "An enemy is too many, too few thousand friends."
And because it's just the rice plant that would harvest the grain.Just who planted the good that will reap goodness. Blukar can be harvested while anyone who wanted it.














Tidak ada komentar:

Posting Komentar

tinggalkan komentar anda disini